It Was Never About the Camera

I miss my NX300….

Entah kenapa, motret menggunakan Samsung NX300 dan lensa 30mm f/2.0 terasa begitu menyenangkan. Bentuknya yang ringkas dan lensa 30mm yang tajam membuat saya sempat lumayan produktif motret hampir setiap hari. And then, disaster.

Entah karena apa, NX300 mendadak kena gejala battery drain. Jika dibiarkan lama dengan baterai terpasang (dan terisi penuh), kamera ini kehabisan daya saat hendak dipakai. Akhirnya saya lebih sering kesal dibanding senang. Jika diganti baterainya, saya harus mengatur ulang tanggal dan waktu di kamera. Ganggu. Banget!

Don’t get me wrong; the NX300 is a fine, fine camera. Kebetulan saja unit yang saya gunakan bermasalah. Still, masalah yang sebenarnya sepele membuat saya tidak lagi menikmati menggunakan kamera ini.

Mungkin karena peruntungan saya sedang baik, ada yang menawarkan kamera gratis. Saya bahkan dibolehkan memilih lensa yang saya suka. Jadi, setelah sempat menunda cukup lama, I did. Kamera baru ini punya sensor yang lebih baik, fitur yang lebih lengkap, dan kualitas gambar yang jauh lebih baik dibanding kamera saya sebelumnya. Di atas kertas, seharusnya saya bisa mengambil gambar yang lebih baik juga. In reality though, I struggled to take a single decent picture for weeks.

Kamera ini seperti tidak semenyenangkan NX300. Entahlah, mungkin ini masalah preferensi. Beberapa rekan seperti melihat permasalahan yang sama, termasuk partner saya tercinta (Baca: Pacar. Iya, Pacar *jumawa). Saya seperti susah ‘klik’ dengan si hitam yang tidak kalah sleek ini.

And then it hit me…

Setelah berminggu-minggu dan nyaris menyerah, akhirnya saya menyisihkan waktu untuk benar-benar mengenal kamera baru saya ini. Saya download beberapa buku tentang kamera ini. Sadly, it doesn’t come with a manual, jadi saya lebih banyak bergantung pada buku yang ditulis fotografer lain.

Saya juga menghabiskan berjam-jam melihat satu demi satu video tentang kamera ini di YouTube. Gary Fong sempat mengunggah video tentang bagaimana menggunakan kamera ini untuk mendapatkan hasil maksimal. It was one of the most boring videos I’ve ever seen – saya tidak pernah suka gaya bicara Gary Fong, to be honest – but it was one of the most inspirational videos too.

It was never about the camera….

Kamera tidak lebih dari perpanjangan tangan saya yang suka mengambil gambar. Beberapa konfigurasi di kamera ini saya sesuaikan dengan gaya saya mengambil gambar. Custom buttons, custom functions, picture styles; semua saya explore secara mendalam.

Perlahan, saya mulai menikmati lagi mengambil gambar, menghabiskan banyak waktu untuk mendapatkan detail yang sempurna. But some things are not quite there yet. Masih ada yang kurang.

Entah kesambet setan apa, saya membongkar koleksi kamera dan lensa di dry cabinet. Mungkin karena frustasi. Mungkin juga karena saya kangen motret dengan kamera analog. Saya menemukan beberapa lensa yang sudah bertahun-tahun tidak saya gunakan. Iseng, saya putuskan untuk beli lens adapter supaya lensa manual yang umurnya lebih tua dari saya ini bisa digunakan.

And just like that, I started enjoying taking pictures again, and I couldn’t be happier. It was never the camera indeed. It’s how much I enjoy using it, how much I know about its capabilities and how good the lens is.

Some say the best camera is one you have with you. Others say the best camera is one you enjoy shooting with enough to have with you. I agree with the later. I enjoy shooting with my camera so much, both the NX300 and my current one, I take it with me anywhere.

2 Comments

  1. wah CLBK sama NX nya ya mas 😀
    sama kayak saya yg kadung trisno s jatuh cinta sama Canon, mau dijual kok sayang yah, jadi baper deh 😀

    anyway itu yang di gambar di artikelnya kamera medium format bukan sih?

Leave A Reply

Navigate