Unplugged: Review Logitech K480

Entah kapan dan bagaimana awalnya, tapi saya tergantung sekali pada laptop dan teknologi yang menyertainya. Saya lebih rela ketinggalan ponsel dibanding pergi dengan nggak membawa laptop di dalam tas. Seperti ada yang kurang gitu kalau nggak bawa laptop.

Karena alasan yang sama juga, saya lumayan terpukul ketika harus merelakan Macbook Air kesayangan saya. Rasanya seperti ditinggal pacar pas lagi sayang-sayangnya. Ada yang hilang.

Saya memang berencana beralih ke desktop yang lebih bisa diandalkan untuk keperluan multimedia. Pasti pada tahu deh kalau saya lagi semangat berbenah supaya bisa produksi lebih banyak video di youtube.com/AryMozta. Subscribe yaa!

Satu komputer di rumah; satu komputer di kantor. Nothing in between.

Hanya Ponsel dan Kamera

Beberapa teman yang kenal saya langsung menertawakan apa yang sedang saya coba lakukan.

“Elo nggak mungkin kuat nggak bawa laptop, Ry.”

Iya sih. Di awal, rasanya berat banget. Godaan untuk buka laptop setiap kali ada waktu senggang, misalnya ketika menunggu di coffee shop rasanya besar banget. Jujur saja, saya masih merasa sedikit kecewa kalau membuka tas dan tidak menemukan laptop kesayangan di sana.

Tas saya hanya berisi ponsel dan kamera yang memang selalu saya bawa (meski sudah nggak pernah motret). It’s a difficult change to accept, but it’s a change I need to accept nonetheless.

Tujuannya hanya satu: saya harus bisa lebih santai, tidak melulu memikirkan kerjaan. Nyatanya, saya malah jadi lebih stress karena tambah kepikiran dan nggak selalu bisa ngecek langsung.

A (Surprisingly Good) Gift

I persevered….

Saya mulai terbiasa nggak terlalu tergantung pada laptop. Sama seperti rencana awal, satu komputer di kantor, satu komputer di rumah. Ketika saya sedang nggak di dua tempat itu, saya bisa sedikit lebih santai. Nggak kepikiran kerjaan, bisa lebih banyak memperhatikan sekitar dan menemukan banyak hal menarik.

Yang kurang cuma kesempatan untuk menulis. Biasanya, saya bisa buka laptop dan nge-blog atau sekadar menulis iseng setiap kali ada waktu senggang. We all know that writing long posts on a smartphone is not the most comfortable thing to do.

Rupanya, ada yang memperhatikan kegelisahan saya (oke, “kegelisahan” kok kayanya sinetron banget ya?). Suatu siang, saya menemukan bingkisan putih polos di meja kerja saya. Isinya? Sebuah bluetooth keyboard, Logitech K480, dan catatan kecil, “I hope you like it.”

Bluetooth Keyboard Yang Fungsional

Seperti anak kecil yang mendapat mainan baru, saya langsung excited. Proses setup selesai dalam beberapa detik saja. Saya bahkan bisa menghubungkan keyboard ini ke ponsel dan komputer kantor sekaligus. Semuanya lancar.

Layout keyboardnya sangat familiar, dengan ukuran key yang tidak terlalu kecil dan spacing yang pas. Keyboard ini nyaman sekali digunakan untuk mengetik. Tiap key-nya juga punya travel distance yang cukup ketika ditekan. Really good!

Di pojok kiri atas, ada dial untuk mengubah perangkat yang terkoneksi. Dengan ponsel di dial 1 dan komputer di dial 2, saya bisa dengan mudah berpindah dari satu device ke device lain dengan cepat.

Keyboard ini menggunakan dua baterai AAA yang bisa ditemukan di mana saja, jadi tidak perlu takut kehabisan daya di tengah jalan. Saya malah jadi sedia baterai cadangan, just in case.

Sayangnya, ukuran keyboard ini lumayan besar, hampir seukuran Macbook Air 11-inch dalam keadaan terlipat. Lumayan tebal juga, meski tidak setebal keyboard desktop kebanyakan.

Hal lain yang juga lumayan mengganggu adalah beratnya. Iya, lumayan berat. Terasa sekali bedanya di pundak ketika tas saya berisi keyboard ini, so you know it’s quite heavy.

Ada semacam cerukan (bukan Shah Ruk Khan) di bagian atasnya, untuk meletakkan ponsel atau tablet. Cerukan ini dilapisi karet, jadi tidak perlu takut ponsel terjatuh atau jadi baret-baret karena digunakan dengan Logitech K480 ini.

Harganya? Well, setelah intip-intip, keyboard ini ternyata dijual di kisaran Rp 500-600 ribu. Lumayan terjangkau untuk ukuran keyboard Bluetooth dengan fitur yang lengkap. Ada dua warna yang bisa dipilih juga: hitam dengan aksen hijau/kuning atau putih dengan aksen abu-abu. Dua-duanya keren!

Teman Yang Menyenangkan

I really like this keyboard. Setidaknya, keyboard ini bisa sedikit mengobati kangennya saya sama kebiasaan bawa laptop ke mana-mana.

I’m pretty sure I’m gonna be carrying a laptop with me again in the future, especially once I can afford a laptop with decent specs for video editing. Tapi untuk sekarang, Logitech K480 adalah teman yang menyenangkan.

Post ini juga ditulis di ponsel dengan menggunakan Logitech K480 lho. Looks good, right?

3 Comments

    • Microsoft Universal Mobile Keyboard? Keys-nya enakan itu mas, dan lebih compact. Cuma harganya aja yang bikin sakit perut.

  1. Hi, is anybody here interested in online working? It is simple survey filling.

    Even 10$ per survey (10 minutes duration). If
    you are interested, send me email to hans.orloski[@]gmail.com

Leave A Reply

Navigate