Dulu, sewaktu kecil, saya paling tidak suka membuang mainan. Ada entah berapa banyak action figure Goggle V yang saya punya; sebagian besar dari mereka sudah tidak lengkap, kebanyakan karena patah (biasanya tangan atau kakinya) atau karena kelengkapannya hilang entah ke mana.
Waktu akhirnya saya diharuskan untuk membuang sebagian mainan saya, saya menangis seminggu penuh. Yep, seminggu penuh. Itu merupakan pengalaman yang traumatis. Okay, mungkin sedikit berlebihan kalau disebut traumatis, tapi dalam beberapa kesempatan saya sedih karena mainan yang saya sukai – meski sudah rusak – tidak bisa lagi saya mainkan.
Hari ini, saya membeli satu buah harddisk external 500GB untuk menampung file-file saya, dan muncul perasaan yang mengganggu. Apakah kebiasaan saya mengumpulkan barang-barang (atau file) yang tidak perlu kembali terulang?
Di rumah, saya mengumpulkan ratusan film dan ribuan episode serial TV favorit saya di dua HDD 3TB (total 6TB). Dari ribuan file itu, hanya beberapa yang masih saya tonton ulang.
Masih ada 1TB HDD berisi file-file pekerjaan, dokumen yang entah isinya apa, foto-foto sejak jaman saya mulai beralih ke kamera digital, dan ribuan file lain yang saya sendiri tidak ingat apa.
Sekarang, ada HDD baru berkapasitas 500GB yang saya bawa ke mana pun saya pergi. Isinya? File-file yang sebenarnya bisa saya simpan di laptop. You can’t be too careful, right?
Semakin saya pikir, semakin saya merasa file-file yang saya kumpulkan sudah tidak lagi dibutuhkan. Kalau saja saya menghapus sebagian dari file-file itu, kemudian melupakannya, saya tidak yakin akan merasa kehilangan. Tapi menghapus mereka rasanya sayang. Berapa banyak bandwidth yang sudah saya habiskan untuk mendownload mereka? Bagaimana jika kemudian saya memerlukan dokumen yang saya tulis 5 tahun lalu?
It is safe to say that I’m turning into a digital hoarder, orang yang hobi mengumpulkan ‘rongsokan’ digital secara obsessive. And yes, it’s a disorder. Di Amerika misalnya, digital hoarding sudah masuk kategori gangguan jiwa yang memerlukan terapi untuk penyembuhannya.
Dari pengalaman pribadi, saya bisa bilang kalau digital hoarding itu tidak mudah. Memanage ribuan file dan menyimpan mereka secara rapi jadi kesenangan tersendiri. Adakah di antara teman-teman yang punya hobi yang sama? Share your thoughts, khususnya tentang kenapa kalian enggan menghapus file-file lama yang tersimpan di HDD atau tips kalian memanage file-file yang dikumpulkan, di kolom komentar di bawah ini.