Ary Mozta

Net Neutrality: Nasibnya Di Negara Kita

Mari kita lupakan sejenak masalah-masalah seputar koneksi internet di Indonesia. Saya tahu, kualitas layanan internet di Indonesia masih lebih banyak menguji kesabaran; mungkin operator seluler sedang berlomba-lomba mengumpulkan pahala demi masuk surga, sehingga meminta penggunanya merapal doa setiap 10 menit sekali.

Ada hal yang belakangan ini lebih mengganggu saya. Belum lama, salah satu operator seluler yang selalu sombong dengan jangkauannya yang luas jadi bahan perbincangan para netizen karena akses ke game MOBA tertentu lebih buruk dari game serupa yang resmi didukung si operator. Ini membuat saya bertanya-tanya: internet di Indonesia adil nggak sih?

Bukan Kali Pertama

Kegelisahan saya kali ini bukan yang pertama. Ketika Netflix mulai masuk ke Indonesia, Telkom dan kroni-kroninya secara sepihak menutup akses dengan dalih peraturan pemerintah. Tidak lama berselang kemudian beredar kabar kalau Telkom pernah menawarkan kerja sama pada pihak Netflix, yang kemudian ditolak.

Ah, ini pun bukan satu-satunya kasus serupa. Masing-masing operator seluler dan penyedia layanan internet di Indonesia seperti punya jagoannya sendiri. Telkom punya uSeeTV, Telkomsel kemudian bermitra dengan Hooq, sementara Indosat menawarkan layanan iFlix sebagai ‘bonus’ bagi penggunanya.

Isu tidak netralnya penyedia layanan internet juga pernah mencuat di tengah-tengah persaingan eCommerce di Indonesia. Sekitar Maret 2016 (mohon dikoreksi jika salah) banyak pengguna XL tiba-tiba mengeluh tidak bisa mengakses Matahari Mall. Soal ini, banyak yang kemudian menarik kesimpulan kalau persaingan dengan Elevenia – kebetulan masih saudara dengan XL – yang jadi penyebabnya.

Kemudian soal game MOBA tadi. Customer support Telkomsel sempat keceplosan bilang kalau jaringannya hanya mendukung AOV dan bukan Mobile Legends.

Respons Pemerintah Yang…

Tentunya konsumen berharap pemerintah ada di sisi mereka untuk urusan netralitas penyedia jasa layanan internet. Toh sejatinya mereka bekerja untuk kita, bukan? Ah, mimpi!

Pertama, operator selulernya saja sudah menyatakan tidak akan netral dalam menyediakan layanan internet. Kutipan yang dipublikasi Kompas.com ini sungguh, well, menarik; saya tidak menemukan kata yang pas untuk mendeskripsikan kekecewaan saya.

“Indosat sangat tegas menolak yang namanya net neutrality. Semua operator firm, pemerintah juga firm bahwa kita tidak mendukung net neutrality,” ujar CEO Indosat Alexander Rusli.

Pak Rudiantara, Menkominfo kita saat ini, sepertinya juga punya sikap serupa. Masih ingat ketika Google, Facebook, dan perusahaan OTT lain ditodong harus punya kantor di Indonesia dengan janji regulasi yang akan keluar April 2016? Ada yang mengikuti perkembangannya? Menurut Chief Rudiantara sendiri, Permen-nya baru akan terbit akhir tahun ini.

Pada kasus tidak bisa diaksesnya Matahari Mall, Menkominfo justru seperti lepas tangan dengan dalih sederhana, “itu urusan bisnis operator, pemerintah tidak ikut campur.”

Yah….

Pentingnya Net Neutrality

Konsep net neutrality sebenarnya sangat sederhana. Semua penyedia layanan internet harus memperlakukan konten yang melalui jaringannya secara setara, tanpa ada pembedaan atau throttling karena alasan lebih mendukung layanan tertentu. Tentunya pemblokiran juga dilarang kecuali ada dasar hukum yang jelas.

Di Amerika, net neutrality masih jadi perdebatan. Ada aturan dasar yang berlaku, tapi pemerintahan Trump dan beberapa pemain di industri telekomunikasi juga masih ada yang berusaha memperlambat atau membatalkan penerapannya.

Di Asia, rasanya kita bisa belajar banyak dari India soal net neutrality. Ketika Facebook menawarkan program internet gratis bernama Free Basics, pemerintah India justru menolak dengan alasan sederhana: Free Basics tidak memenuhi prinsip net neutrality karena hanya menggratiskan layanan tertentu. Gratis! Ditolak, karena tidak netral.

Di Indonesia? Ah, jadi wacana saja rasanya belum. Setiap ada dorongan untuk lebih dekat ke netralitas internet, yang muncul ya quote seperti ini:

“Indosat sangat tegas menolak yang namanya net neutrality. Semua operator firm, pemerintah juga firm bahwa kita tidak mendukung net neutrality,” ujar CEO Indosat Alexander Rusli.

Keren kan negara kita?

Exit mobile version