Rasanya bukan hal baru: saya jarang sekali suka smartphone Samsung. Tidak seperti kameranya, smartphone Samsung umumnya terasa ‘dingin’, seperti tidak punya soul. Still, Samsung terus membuat saya kaget. Setelah Galaxy Note 4 dan Note 4 Edge, kemudian Galaxy A5 dan A3, belum lama ini Samsung merilis Galaxy S6 dan S6 Edge di event WMC di Barcelona. At first glance, saya jatuh cinta melihat Galaxy S6 Edge. Iya, cinta pada pandangan pertama (halah!).
Hari ini, saya termasuk sangat beruntung bisa mencoba langsung Galaxy S6 Edge. Unit yang saya coba memang masih pre-production, tapi hasilnya….
Cantik! Tapi…
Seriously, pictures and videos of the Galaxy S6 Edge that we’ve seen so far didn’t do this phone justice. Ketika akhirnya saya bisa melihat langsung ponsel idaman ini, saya semakin jatuh cinta. Designnya tidak biasa. Meminjam bahasa Apple, Samsung Galaxy S6 Edge ini memang revolusioner.
Of course, hal pertama yang langsung mengganggu saya adalah modul kameranya yang menonjol. Why, Samsung? No, seriously…WHY? Andai S6 Edge ini dibuat sedikit lebih tebal, 2mm saja, Samsung mungkin bisa membuat bagian belakang smartphone ini jadi rata. Tidak hanya itu, mungkin S6 Edge bisa dilengkapi baterai dengan kapasitas yang lebih besar.
S6 Edge juga tidak terlalu nyaman digenggam. Don’t get me wrong, smartphone ini terasa sekali kesan ‘mahal’-nya. Material kombinasi aluminium dan Gorilla Glass 4 – pertama digunakan di smartphone – terasa enak sekali di tangan. Hanya saja, bezel di sekeliling S6 Edge punya sudut yang agak tajam dan posisinya tidak rata dengan ujung lapisan kaca layar smartphone ini. Really not good!
Saya curiga masalah bezel ini lebih karena unit yang saya pegang masih pre-production. Semoga saja unit yang beredar di pasar nanti jauh lebih baik. *fingers crossed*
Hai kamu… :3
Sekali lagi saya harus bilang kalau foto yang beredar selama ini sama sekali tidak bisa menggambarkan betapa kerennya smartphone ini. Ada depth yang tidak muncul ketika ponsel ini tampil di foto atau video. Mulai jawil-jawil, saya langsung terkesima melihat layarnya. Dibandingkan dengan Nexus 5 saya yang memang layarnya biasa saja, S6 Edge jadi terlihat sangat menonjol.
Interfacenya juga jauh lebih baik. Tidak ada lagi bloatware berlebihan dari Samsung, hanya apps yang memang dibutuhkan pengguna. TouchWiz juga sudah jauh lebih baik. Masih terasa sedikit lambat di beberapa bagian, misalnya ketika pengguna membuka app drawer, tapi jauh lebih baik dari generasi Galaxy S sebelumnya. Jauh.
Tentunya fitur berikutnya yang saya coba adalah kamera. Yes, it is as quick as advertised. Double-tap di home button, dan kamera langsung terbuka. Nggak sampai hitungan detik. This is very handy nonetheless, apalagi untuk saya yang paling malas kalau harus kehilangan momen karena kamera di Nexus loadingnya terlambat.
Resolusi 16-megapixel memang sama dengan Note 4, tapi hasilnya lebih baik. Detail yang terekam lebih banyak, dan aperture f/1.9 milik lensa Samsung Galaxy S6 memang membantu sekali mengambil gambar di kondisi pencahayaan yang terbatas. Even better, OIS (Optical Image Stabilization) smartphone ini berfungsi dengan sangat baik. Bahkan ketika saya sengaja menggoyangkan tangan saat mengambil gambar, Galaxy S6 Edge bisa merekam gambar tanpa kendala.
Oh, yes! Oh, wait…
Yes, I’m saying good things about a Samsung phone. To be honest, this phone – and the Galaxy S6 – is very, VERY good. Tentu masih ada kelemahan di sana sini. Jujur saja, saya lebih suka rasa Galaxy S6 ketika digenggam. Pinggiran bezel yang membulat justru terasa lebih nyaman di tangan. TouchWiz milik Samsung juga masih perlu sedikit tweak supaya bisa secepat Google Now Launcher atau launcher besutan merk lain yang lebih unggul.
And then there’s the price…
Di luar, Samsung Galaxy S6 Edge diprediksi akan dijual di kisaran 10jt rupiah. This is too much for a phone. Tapi…
I’m in love. I really am. Samsung did a fantastic job with the S6 and S6 Edge. Mungkin saya harus nabung lumayan lama sebelum bisa membeli ponsel ini, but I’d definitely get one if I can afford it one day.