Terus terang, ini salah satu review paling sulit yang pernah gue kerjakan. For starters, I haven’t found a phone that I really like in a while. Kayanya semakin tua, yang gue cari dari smartphone juga jadi semakin spesifik.
Di sisi lain, Vivo V9 sudah dirudung beberapa isu negatif berbau persaingan antar brand – dan antara fans masing-masing brand – bahkan sebelum resmi diluncurkan. Mulai pilihan processor yang dianggap kurang sampai rencana Vivo menggandeng 12 stasiun TV swasta untuk menyiarkan acara launching-nya secara live jadi bahan nyinyiran.
I was biased. Really biased. Gue nggak suka dengan notch yang sekarang jadi trend. Gue tahu Vivo bisa bikin Vivo Apex yang benar-benar bezelless, jadi kenapa harus pakai notch di Vivo V9 ini?
Yang membuat gue akhirnya memutuskan untuk mencoba Vivo V9 cuma rasa penasaran. Setelah nggak sengaja ngintip sertifikat TKDN milik Vivo yang tiba-tiba muncul, dan melihat bocoran billboard yang mendadak beredar di media social, gue jadi makin penasaran.
The Specs
Kesan pertama ketika ponsel sampai di tangan positif. Terlepas dari ukuran layarnya yang besar (6,3-inci dengan resolusi 1080 x 2280 pixel), Vivo V9 bisa digenggam dengan nyaman. Material bagian belakangnya terbilang licin karena terbuat dari plastic glossy, tapi Vivo cukup berbaik hati menyertakan clear case di paket penjualannya.
Selain layarnya yang besar, spesifikasi Vivo V9 sebenarnya lebih dari cukup untuk penggunaan sehari-hari jika ditilik lebih jauh. Processor Snapdragon 450 dari Qualcomm sudah mengusung delapan inti (octa-core). Apalagi Vivo V9 juga dilengkapi RAM yang cukup lega, 4 GB, serta penyimpanan internal 64 GB.
Jadi, kenapa kemarin ramai dinyinyirin di timeline? Well, ada hal menarik soal itu.
Persepsi Yang (Agak) Miring
Saya termasuk yang bersalah buru-buru menyimpulkan kalau ponsel ini akan lambat dan tiadk menyenangkan ketika digunakan saat melihat spesifikasinya. Entah, padahal biasanya saya cukup objektif dan lebih suka memperhatikan user experience dibanding spesifikasi di atas kertas. Seperti saya bilang tadi, persepsi saya agak bias kali ini.
Padahal, spesifikasi saja tidak cukup untuk menentukan apakah sebuah ponsel enak digunakan. Snapdragon 450 yang dipakai Vivo V9 punya performa lebih baik jika dibandingkan dengan Snapdragon 625 yang berasal dari generasi chipset yang lebih tua. Hasilnya, Vivo V9 dan Android 8.1. Oreo justru bisa menyajikan pengalaman pengguna yang di atas rata-rata.
Multitasking? Lancar. Gaming? Meski saya bukan gamer serius, beberapa game yang suka saya mainkan seperti Mobile Legends dan Need for Speed bisa berjalan tanpa kendala. Daya tahan baterai? Jelas irit, karena Snapdragon 450 memang lebih efisien. Dengan penggunaan yang relatif berat – namanya juga sedang dicoba, ya kan? – Vivo V9 cukup kuat bertahan sepanjang hari.
Vivo V9 juga dilengkapi dual SIM slot yang mendukung jaringan 4G, plus ada sensor sidik jari yang cepat dan akurat di bagian belakang. Posisinya pas untuk tangan saya, dan saya yakin cukup nyaman untuk kebanyakan pengguna.
Unggul Dengan Tiga Kamera
Iya, Vivo V9 ini kameranya tiga. Ada dua kamera di bagian belakang, masing-masing dengan resolusi 13-megapixel dan 2-megapixel. Dengan setup dua kamera, Vivo V9 tentu bisa diajak bokeh-bokehan, plus tingkat bokehnya bisa diatur sesuai selera.
Saya malah tertarik dengan kamera depannya. Kamera dengan resolusi 24-megapixel ini punya daftar fitur yang rauwisuwis. Kamera Vivo V9 dilengkapi fitur Artificial Intelligence (AI), jadi semakin sering dipakai, semakin pintar juga dia mengenali wajah dan filter yang tepat untuk digunakan.
Ada AR stickers, fitur panorama, dan fitur HDR untuk kondisi pencahayaan yang sulit. Fitur videonya juga lumayan, terutama untuk penggunaan sehari-hari. Selain bisa merekam video FullHD di 30fps, kamera Vivo V9 juga bisa kok diajak slow-mo.
Dan fitur yang segudang ini dihadirkan lewat tampilan yang sederhana untuk pengguna; ini salah satu keunggulan yang juga dibawa FunTouch, UI milik Vivo. Aplikasi kameranya responsive, fitur tap to focus selalu berjalan cepat, dan kameranya sangat bisa diandalkan untuk penggunaan sehari-hari. It’s surprisingly good, terutama kalau kamu suka selfie.
A Seamless Experience
Pada akhirnya, keunggulan terbesar yang ditawarkan Vivo V9 adalah pengalaman pengguna yang seamless; smooth. Karena masih penasaran, saya meminta koresponden khusus user experience mozta.com, Mama saya, untuk menggunakan ponsel ini selama seminggu. Ini salah satu alasan kenapa review saya keluar paling belakang.
Tanpa perlu menyesuaikan diri dengan UI yang dibawa Vivo, tanpa perlu belajar ini-itu tentang fitur ponsel ini, Mama bisa langsung asyik ber-V9 ria. Dia malah ogah balik ke ponsel yang rasio layarnya masih 16:9, karena layar milik Vivo V9 ini jernih, vibrant, dan memang terasa lega sekali.
In the end, that’s what this phone is all about. Iya, ada banyak fitur yang ditawarkan. Iya, spesifikasinya mungkin bukan yang paling wah di pasar. Tapi itu tidak berarti Vivo V9 tidak bisa menawarkan pengalaman pengguna yang positif, apalagi dengan harga yang cukup atraktif di Rp 3.999.000. And that, that makes this phone good enough in my book. Well done, Vivo.