Salah satu tips blogging yang mungkin paling sering kamu dengar adalah soal memilih topik yang spesifik, atau punya niche khusus yang dituju. Tips ini memang sudah beredar dari jaman Nabi Adam masih suka nge-galau di Friendster (wait, what?). Saya juga termasuk yang merasa kalau punya topik khusus yang dibahas itu lebih pas, meskipun sebenarnya mozta.com bahasannya lumayan luas.
Kemarin, saya ‘terjebak’ diskusi dengan seorang blogger senior yang kebetulan sedang membantu saya dengan sebuah project. Blognya jauh lebih general dari mozta.com, membahas apa saja mulai dari jalan-jalan sampai ke review deterjen terbaru. Menurutnya, nge-blog tanpa niche juga nggak ada salahnya.
Niche vs. General
Enaknya blogging dengan niche atau topik khusus itu ada beberapa:
- Kita bisa fokus ke topik yang memang kita suka banget, jadi otomatis nge-blog juga terasa lebih menyenangkan.
- Kita juga bisa lebih fokus ke hal-hal yang memang kita ngerti luar-dalam. Hasilnya, informasi yang dibagi ke pembaca juga bisa lebih menarik dan valuable.
- Branding biasanya juga jadi lebih gampang. This isn’t necessarily a good thing, tapi kita bisa cepat masuk kategori blogger tertentu (mis: travel blogger, tech blogger, dll.). Jadi lebih cepat dikenal brand atau advertiser juga kan jadinya (uhuk!).
Kalau dari pengalaman saya, memilih topik yang sedikit lebih luas bisa jadi jalan tengah yang aman. Saya suka teknologi, fotografi, dan hal-hal yang terkait dengan dua dunia ini; they became the topics that I focus on the most.
Kelemahan nge-blog dengan niche tertentu? Tanpa sadar kita membatasi siapa pembaca kita. This can be good, but it can also be bad.
Dari perbincangan saya kemairn, nge-blog tanpa punya topik khusus juga banyak untungnya:
- Lebih mudah menjangkau lebih banyak pembaca tanpa harus keluar dari pakem atau kebiasaan.
- Pembaca juga lebih terbiasa dengan perubahan topik di blog kita, jadi nggak begitu kaget kalau tiba-tiba bahas hal yang sama sekali berbeda.
Di sisi lain, nggak adanya fokus bisa bikin pembaca – dan tentunya pihak lain seperti advertiser – bingung. Blog kita nggak bisa dengan mudah masuk ke kategori tertentu; biasanya malah masuk ke beberapa kategori sekaligus.
Satu pertanyaan yang kemudian mengganggu saya….
Jadi, kamu nge-blog buat pembaca, buat diri sendiri, atau buat advertisers, Ry?
Nah. Langsung mati kutu.
Awalnya nge-blog sih buat diri sendiri. I think we all started that way. Sekadar ingin punya tempat untuk curhat, untuk mengeluarkan isi kepala, dan berbagi apa yang saya tahu. Saat mulai berkembang, saya mulai memikirkan apa yang pembaca mau; well, lebih ke apa yang pembaca cari ketika main ke mozta.com.
Tidak bisa dipungkiri, salah satu alasan kenapa saya bertahan di tech – meskipun kadang ingin juga menulis tentang jalan-jalan, uneg-uneg, atau bahkan review tempat-tempat dan makanan yang saya suka – adalah karena saya tidak ingin keluar dari kategori teknologi.
“Kamu bisa bikin blog lain, sih. Kamu bisa bikin banyak blog dengan niche yang berbeda. Tapi untuk mengelola banyak blog ya butuh banyak resource juga. Trafficnya juga jadi dipecah kan?”
Iya, itu solusi lain. Buat banyak blog dengan niche yang berbeda. Tapi mengelola lebih dari satu blog itu tidak mudah. Satu saja kadang suka malas buat content-nya, ya kan? Dan komentar soal traffic yang terpecah itu ada benarnya.
Jadi, niche atau tanpa niche?
Tadinya, saya masih galau. Jujur saja, diskusi saya dengan om blogger senior masih berlanjut. Kemudian saya teringat tulisan ini, dan saya kembali merasa kalau topik yang saya pilih sudah cukup. Oke lah, sesekali saya akan melenceng sedikit, tapi itulah kenapa saya punya kategori “It’s Personal”.
Menurut kamu bagaimana? Blog kamu fokus ke topik tertentu atau lebih memilih untuk membahas hal-hal yang umum? Leave your thoughts in the Comments section below. I’d love to hear them.