Ada cukup banyak yang menanyakan cara menangkap foto yang tajam dan dengan detail yang terekam sempurna. Topik ini memang tidak ada habisnya dibahas oleh mereka-mereka yang suka fotografi, terlebih mereka yang tergila-gila pada foto yang tack-sharp alias tajam hingga tetes terakhir (bukan iklan).
I personally am not into sharpness that much, tapi karena rasa penasaran akhirnya saya berkelana mencari cara memaksimalkan ketajaman dan detail saat memotret.
Langkah pertama: menemukan sebanyak mungkin teori yang beredar, kemudian mencobanya di lingkungan yang terkendali; maksudnya mencoba dengan sumber cahaya yang konstan agar hasilnya bisa dibandingkan. Saya menggunakan satu buah sumber cahaya LED, kamera Samsung NX300, dan lensa Samsung 18-55mm f/3.5-5.6 (kit) serta beberapa lembar kertas putih dan Aluminium Foil untuk membuat cahaya dari satu sumber tadi lebih merata. Salah satu keuntungan menjomblo, tidak ada yang protes karena WhatsApp atau BBM-nya tidak dibalas saat saya menghabiskan waktu beberapa jam untuk mencari kombinasi terbaik dari tips-tips yang beredar.
Foto di bawah ini adalah yang terbaik yang bisa saya dapat. Tutup lensa milik Samsung 30mm f/2.0 yang diameternya 43mm terekam dengan baik, lengkap dengan detail teksturnya. Bahkan beberapa debu di tutup lensa juga ikut terlihat jelas.
So, how did I achieve such sharpness in the end? Yuk kita bahas satu-satu.
Lens Sweet Spot & Aperture
Setiap lensa punya sweet spot sendiri; sweet spot di sini maksudnya titik dimana lensa menghasilkan ketajaman maksimal. Untuk lensa Samsung NX 18-55mm, misalnya, saya terbiasa menggunakan f/8 atau f/16 karena – menurut saya – ketajaman yang dihasilkan pada aperture ini adalah yang terbaik di hampir semua focal length.
Cara menemukan sweet spot sebuah lensa bagaimana? Kamu bisa mulai dengan baca-baca review lensa yang kamu gunakan. DxO Labs biasanya mengeluarkan detail hasil uji coba mereka sebagai panduan. Selain itu, kamu juga harus membiasakan diri dengan peralatan yang kamu gunakan, termasuk lensa. Semakin banyak kamu motret dan mempelajari hasilnya, semakin kamu akan mengenali karakter lensa yang kamu gunakan.
Untuk foto landscape, kamu juga bisa memilih menggunakan aperture kecil agar foto tajam dari ujung ke ujung. Tentunya kamu harus menggunakan tripod jika shutter speed yang terpilih terlalu panjang.
Tripod & Image Stabilization
Lensa modern banyak yang dilengkapi image stabilization. Lensa akan mengkompensasi gerakan (getaran mungkin lebih tepat) tangan saat kamu mengambil gambar. Aktifkan image stabilization saat kamu memotret tanpa menggunakan tripod.
Sebaliknya, matikan image stabilization ketika kamera kamu terpasang di tripod yang kokoh. Tidak adanya gerakan justru membuat sistem image stabilization sedikit ‘bingung’. Terkadang, yang terjadi adalah foto jadi kurang tajam karena image stabilization tetap aktif melakukan kompensasi
Shutter Speed
Gunakan shutter speed yang cukup cepat. Lagi-lagi, ini untuk menghilangkan kemungkinan kamera kamu goyang saat mengambil gambar. Rumus sederhana shutter speed minimal yang bisa kamu ingat adalah 1/focal length yang kamu gunakan. Ketika menggunakan lensa 50mm, misalnya, shutter speed minimal yang ideal adalah 1/60s atau lebih cepat.
ISO
Selalu usahakan menggunakan ISO terkecil. Beberapa kamera bahkan menyediakan ISO 50, tapi umumnya kamu bisa menggunakan ISO 100 untuk merekam detail dengan baik. ISO tinggi punya efek samping noise yang juga tinggi. Jika kamera kamu mereduksi noise secara otomatis, akan ada banyak sekali detail yang hilang.
Focus
Kita terbiasa membiarkan kamera mengurus focus ketika mengambil gambar. Meski kamera modern punya sistem autofocus yang mumpuni, biasakan memeriksa kembali focus gambar sebelum memotret. Jika memungkinkan (misalnya ketika memotret objek yang tidak bergerak) beralihlah ke mode manual focus dan gunakan alat bantu seperti Focus Peaking untuk mendapatkan ketajaman maksimal.
Lensa & Sensor
Last but certainly not least, selalu pastikan lensa yang kamu gunakan bersih dari debu dan noda sidik jari. Demikian juga dengan sensor di kamera kamu.
Dos and Don’ts
Ada beberapa tips yang bisa kamu coba jika kamu ingin merekam foto yang tajam dan penuh detail:
Setting Sharpness Di Kamera (Don’t)
Jangan menaikkan setting sharpness di kamera terlalu tinggi hanya karena kamu ingin menghasilkan foto yang tajam. Setting sharpness hanya akan membuat foto jadi terlihat tidak natural. Di kondisi tertentu, setting sharpness yang tinggi juga akan memunculkan moire dan aliasing (garis jadi tampak seperti patah-patah).
HDR (Do)
Ingin membuat foto landscape penuh detail? Punya cukup banyak waktu dan kesabaran? Pasang kamera di atas tripod, kemudian ambil 3, 5, 7, atau bahkan 9 gambar dengan setting exposure yang berbeda (bracketing). Jika kamera kamu dilengkapi mode HDR, proses menggabungkan foto bisa dilakukan secara otomatis. Jika tidak, download foto-foto tadi ke komputer kemudian satukan dengan software image processing seperti photoshop.
Shoot RAW (Do)
RAW adalah format ‘mentah’ kamera digital. Karena tidak melalui proses di dalam kamera, data yang direkam benar-benar murni dari sensor. RAW memungkinkan kamu mengubah setting seperti white balance dan exposure setelah foto diambil (sampai batas-batas tertentu).
Mengambil gambar dalam format RAW, melakukan koreksi di komputer dengan bantuan software RAW converter, kemudian menyimpannya dalam format Tiff memungkinkan kamu untuk mempertahankan sebanyak mungkin detail yang terekam oleh sensor kamera.
So there you have it, hasil coba-coba saya seputar foto yang tajam dan penuh detail. Punya tips lain yang ingin kamu bagi? Mau tanya-tanya juga boleh. Gunakan kolom komentar di bawah ini.
5 Comments
Bagus tips nya mas. Terimakasih sudah berbagi.
Thanks for reading 🙂
aku tuh sering masih bingung dengan kalimat, apperturenya yg kecil aja.
apperture kecil itu maksudnya bukaan yg paling besar ya?
f 1,8 gitu misalnya? atau malah kebalikan? hahah
Aperture kecil itu bukaannya yang kecil mas, jadi angkanya besar (mis. f/22).
banyak hal yang harus dipelajari sebelum memulai memotret