I have to say, I was skeptical when Samsung first introduced their brand new Galaxy S5. Designnya, well, tidak istimewa. Beberapa rekan bahkan langsung berkomentar serentak: jelek!
Di atas kertas, seri flagship dari Samsung memang selalu unggul. Saya masih setia pada pendapat saya bahwa Samsung Galaxy Note 3 adalah salah satu handset terbaik yang pernah dibuat. Di atas kertas, Samsung Galaxy S5 sepertinya akan mengikuti jejak Note 3. Spesifikasi handset ini memang tidak bisa dianggap remeh.
Processor Snapdragon 801 quad-core dan RAM 2GB menjanjikan performa yang mumpuni. Samsung juga membenamkan TouchWiz UI versi terbaru; say what you like about the UI, tapi TouchWiz adalah salah satu UI terpopuler di dunia saat ini.
Despite all that, saya tetap skeptis. Rasanya seperti melihat avatar seorang gadis cantik di Twitter. Saya mungkin suka dengan apa yang saya lihat, tapi tidak ada yang menjamin kalau si pemilik akun memang secantik avatarnya; jangan-jangan malah yang ngetwit laki.
Surprise, Surprise!
Pertama kali saya melihat Galaxy S5 secara langsung, saya sedikit terkejut. Se-skeptis-skeptisnya saya terhadap design handset ini, si Samsung Galaxy S5 tidak sejelek yang saya bayangkan. In fact, handset ini sangat nyaman digenggam meski ukuran layarnya terbilang cukup besar (5.1-inci).
Galaxy S5 mungkin bukan smartphone tercantik saat ini – gelar ini masih dipegang oleh iPhone atau HTC One (yang lama, saya kurang suka rounded-edges HTC One yang baru) – tapi dia jelas bukan yang terjelek. Berita bagusnya: dibanding Galaxy S4, Samsung Galaxy S5 jauh lebih nyaman di tangan dan lebih punya kesan ‘premium’.
Design and looks aside, tidak bisa dipungkiri kalau handset ini adalah salah satu yang terbaik di pasar. Semua tantangan yang saya berikan bisa diselesaikan dengan baik. Multitasking beberapa app berat sampai editing foto full-resolution dari NX300 saya semua dilahap tanpa kendala. Satu-satunya keluhan saya adalah animasi perpindahan menu yang terasa sedikit lambat, tapi saya yakin ada setting di dalam sana yang bisa mempercepat animasinya.
Saya juga terkesan dengan rating IP67 yang disandang Galaxy S5. Ini berarti Galaxy S5 mampu berurusan dengan debu dan air sampai batas tertentu. Back cover smartphone ini tetap bisa dibuka. Dengan baterai yang lebih besar (2.600mAh), Samsung Galaxy S5 juga seharusnya bisa bertahan lebih lama. Feeling saya, Samsung juga akan meluncurkan Extra Battery Kit untuk Galaxy S5, sama seperti kit serupa untuk beberapa smartphone pendahulunya.
The Camera
Salah satu alasan kenapa saya ingin sekali mencoba Samsung Galaxy S5 sesegera mungkin adalah kameranya. Selain sensornya yang kini punya resolusi 16-megapixel, Galaxy S5 adalah smartphone pertama yang menggunakan phase detection autofocus. Di NX300 & NX30, sistem autofocus serupa memang super-cepat.
Di Samsung Galaxy S5? Render me utterly impressed. Tap di bagian manapun di layar, dan kamera bisa langsung fokus di titik itu. Tidak sampai satu detik, setengah detik pun sepertinya tidak sampai.
Saya baru coba sekilas, tapi kemampuan low-light dan fitur selective focus milik Samsung Galaxy S5 juga impressive!
My Thoughts…
Saya perlu menghabiskan lebih banyak waktu dengan si Galaxy S5 ini untuk tahu lebih banyak tentang fitur yang ditawarkan, tapi sejauh ini saya suka apa yang saya lihat. Samsung bergerak ke arah yang lebih baik dengan smartphone ini: fokus mereka ke fitur-fitur yang memang berguna nampaknya membuahkan hasil. Seperti saya bilang tadi, design aside, saya tidak akan heran kalau Samsung Galaxy S5 akan kembali jadi flagship yang populer.
[divider type=”dotted”]