6 Months Later…

Tidak terasa, sudah 6 bulan lebih sejak blog ini dinonaktifkan. Selama masa 6 bulan itu, ada banyak hal menarik yang (harusnya) bisa jadi bahan nulis. Perubahan status jadi jomblo misalnya; lah, ini kok malah curhat?

Di tengah usaha saya menemukan hobi baru, saya malah jatuh cinta lagi pada hobi yang sudah saya nikmati sejak SMP: fotografi. Entah setan dari mana yang menjerumuskan saya membeli Samsung NX300, kamera mirorrless keluaran Samsung. Sebagai pecinta Canon, menggunakan kamera merk lain hampir tidak pernah terlintas di benak saya.

Surprisingly, saya malah jadi semakin semangat motret setelah ada NX300. Bentuknya yang compact dan design body-nya yang menarik membuat saya semakin penasaran.

Di atas kertas, kemampuan Samsung NX300 memang tidak bisa diremehkan. Spesifikasi lengkapnya:

  • 20.3-megapixel APS-C CMOS
  • Built-in WiFi Connectivity
  • 3.3-inch AMOLED tilting touchscreen
  • ISO 100 to 25,600
  • 8,6 fps High-Speed Burst
  • Maximum shutter speed of 1/6000th of a second
  • Support for SD, SDHC, SDXC, and UHS-1 enabled memory cards

Meski dibuat untuk pasar yang lebih umum, Samsung NX300 punya semua fitur yang dicari fotografer amatir seperti saya ini. Tidak lama sebelum Canon EOS 60D (dan kemudian 70D) saya jadi penghuni tetap drybox di rumah; Samsung NX300 malah selalu ikut kemana pun saya pergi.

Design

Design body Samsung NX300 punya kesan retro yang kental. Tidak semua orang akan menyukai designnya. I personally love it! Awal-awal saya menggunakan NX300, hampir semua orang menghampiri dan bertanya lebih jauh tentang kamera yang saya tenteng. Ketika dibawa ke pusat kamera di Pasar Baru pun, pemilik toko langganan saya malah lebih sibuk mencoba kamera ini ketimbang melayani pembeli.

NX300 juga ringan; cocok buat yang ingin selalu membawa kamera ketika travelling. Tanpa lensa, beratnya tidak lebih dari 300 gram.

Kamera ini memiliki konstruksi dari metal-alloy, dibalut faux leather di sisi tengahnya. Saya memilih warna hitam, lebih keren sepertinya. Tersedia juga warna putih dan cokelat. Perkara warna, Samsung menyediakan lensa warna hitam dan putih untuk seri NX; pengguna NX300 warna cokelat mungkin merasa sedikit ditinggalkan.

Displaynya lega dan jernih. Layar Samsung NX300 bisa ditilt ke atas dan ke bawah. Sayang layarnya tidak full-swivel, jadi tidak bisa diputar ke arah samping. Selain itu, layarnya juga ‘kalah’ jika harus melawan sinar matahari langsung.

Ergonomics

Semua tombol penting diletakkan di sisi kanan belakang NX300. In other words, they’re perfectly placed! Entah sudah berapa kali saya mengambil gambar dengan satu tangan – sementara tangan yang lain memegang flash atau reflektor – dan tidak ada kesulitan sama sekali.

Kontrol Samsung NX300 memang menekankan penggunaan layar sentuh, tapi pengguna yang menyukai tombol seperti saya tetap bisa hidup tanpa touchscreen. Semuanya seamless, antara kontrol tombol dan layar sentuh bisa digunakan bersamaan atau sendiri-sendiri.

Grip NX300 juga super-nyaman! Trust me, I have big hands. Saya sempat mencoba NX1000 dan NX200, keduanya terlalu kecil. Tapi NX300 lain. Kamera ini punya build quality yang solid, digenggam juga enak dan terasa mantap di tangan.

Usage & Performance

Satu hal yang saya suka dari NX300: menunya lengkap. Saya bisa beralih dari mode A (Aperture Priority) ke M (Full-Manual) hanya dengan memutar dial di bagian atas kamera menggunakan ibu jari. Saya harus jadi sangat subjektif dan bilang kalau kontrolnya seperti dibuat khusus untuk saya.

Ada tombol Direct WiFi di bagian atas kamera juga. Saya bisa menyambungkan kamera ini dengan ponsel atau tablet yang saya bawa, kemudian mengambil gambar dan menikmati setiap frame ditransfer otomatis ke sana.

Shutternya empuk dan responsif. Autofocusnya juga cepat, kecuali di lensa 50-200mm generasi pertama yang sedikit lambat. Nyaris tidak ada momen yang terlewat. Di beberapa kesempatan, saya harus mengecilkan ukuran titik autofocus agar lebih akurat, tapi lain dari itu nyaris tidak ada masalah.

ISO 3200 masih sangat jernih. Hanya sedikit bercak noise yang terlihat, sama sekali tidak mengganggu. Mulai ISO 6400, noise makin jelas terlihat. ISO 25600 sebaiknya tidak digunakan jika tidak benar-benar terpaksa.

Baterai NX300 (BP1130) bisa digunakan untuk merekam 120++ menit video, atau mengambil 300++ gambar. Dibanding kamera lain, kemampuan baterai NX300 memang terbilang minim. Di paket penjualannya juga tidak disertakan desktop charger. Baterainya dicharge di dalam kamera menggunakan USB charger biasa. Keuntungannya, NX300 bisa dicharge di jalan menggunakan power bank. Kerugiannya, sulit menggunakan baterai tambahan.

Untungnya, baterai NX200 (BP1030) juga compatible dengan NX300, dan baterai tipe ini compatible dengan desktop charger produksi Samsung. Bagi yang membutuhkan baterai ekstra seperti saya, lebih baik memilih menggunakan BP1030 sampai desktop charger untuk BP1130 tersedia di Indonesia.

Sample Images

More sample images can be found at: instagram.com/mozta_

Lenses

Saya berulang kali bertanya: lens engineers Samsung pada makan apa ya waktu membuat lensa-lensa untuk seri kamera NX? Hampir semua lensa yang saya coba, mulai lensa kit 18-55mm dan 20-50mm sampai lensa portrait 85mm, hasilnya ciamik! Satu-satunya lensa yang saya tidak suka adalah lensa 18-200mm. Lensa ini jelas praktis karena rangenya besar, tapi sayangnya kualitas hasilnya relatif biasa saja, tidak istimewa.

Lensa idaman saya masih 60mm macro. Harganya yang membuat saya berpikir dua kali; sedikit berharap ada diskon 50% untuk lensa ini, tapi promonya tidak kunjung muncul (ngarep aja, Ry!). Saya juga belum mencicipi lensa 10mm fisheye dan 12-24mm UWA. Semoga segera.

My Thoughts…

Rasanya pendapat saya tentang kamera ini cukup jelas: I love it! Designnya, fiturnya, fungsinya, dan performancenya semua sesuai dengan selera saya. Still, ada beberapa keluhan yang seharusnya sudah dipecahkan Samsung sejak lama:

  • Fungsi WiFi-nya terbatas. Memang menyenangkan bisa mengambil gambar, langsung mengolahnya di ponsel, kemudian share lewat Twitter atau Instagram, tapi fungsi Remote Viewfinder-nya terbatas sekali. Dibandingkan Canon EOS 70D yang juga punya fungsi WiFi, Samsung jelas jauh tertinggal.
  • NX300 saya pernah mati mendadak tanpa alasan yang jelas. Untungnya, kamera ini ‘memperbaiki dirinya sendiri’ dan kembali berfungsi normal setelah saya diamkan dengan baterai terlepas.
  • Desktop charger! Come on, Samsung!

So, selama 6 bulan blog saya tidak aktif, membeli Samsung NX300 mungkin merupakan keputusan terbaik saya.

Hey! I’m back! The site is back!

16 Comments

  1. Mas, mau kameranya dong, hahaha. Aku malah berpikir ganti si Pentax karena baterainya boros banget. Sehari bisa tiga kalau diturutin.
    Anyway, itu yang di sidebar widget biasa atau pakai plugin gitu Mas? 😀

    • Ary Reply

      Hahaha, jangan dong. Udah sayang sama si NX300 nih 😀

      Itu dibuat built-in di theme-nya mas. Rasanya mungkin plugin juga ada yang bisa, tapi aku belum pernah pake. Nanti sambil aku cari-cari deh.

      • Mas, kok sayangnya sama kamera sih, aku jadi terharu 🙁
        Nah, kalau kayak gitu bisa dipakai di wordpress.com gak ya? Hahaha. Sama kalau nemu Translator ya Mas, kabarin 😀

      • Ary

        Iya mas, nanti aku cari-cari coba.. 😀

  2. Mas, seberapa “kalah” screen nya dngn sinar matahari kl jepret siang2 gitu? Cukup mengganggu atw masih bisa ditolerir? Dngn harga yg hampir sama, nex6 bnyak dipuji krna ada EVF nya. Tp kl memang kualitas amoled nx300 masih dalam batas wajar di siang hari, saya tertarik u membelinya.. Sebelum beli nx300, mas sempat bandingin dngn mirrorless lainnya bukan, knapa akhirnya milih ini?
    fungsi wifi nya kl sekedar transfer ke Ipad pernah coba ga mas? Lancarkah?
    Maaf mas bnyak nanya kayak penyidik, hehe.. Lg bingung mau beli kamera.
    Makasih 🙂

    • Ary Reply

      Sama seperti layar DSLR/Mirrorless pada umumnya sih, tidak lebih buruk tapi tidak lebih baik. Masih bisa ditolerir, paling ditudungi tangan sedikit kalau memang mataharinya terlalu terik sudah kelihatan. Nex 6 memang punya EVF, tapi NX300 punya touchscreen, resolusi lebih besar, operasi keseluruhan yang lebih cepat, maximum shutter speed lebih tinggi, dan beberapa keunggulan lain (plus suggested retail price-nya lebih murah). Kembali ke masalah selera sih; kedua kamera ini pernah saya coba, dan karakternya memang beda. Saya pribadi lebih suka NX300, kalau mas Deede mungkin harus coba untuk tahu persis mana yang cocok. Main ke store Samsung & Sony di mall besar, mereka pasti punya demo unitnya.

      Untuk WiFi photo transfer ke Android maupun iOS belum pernah ada masalah. Paling di Android 4.4 KitKat yang sedikit buggy, tapi lebih karena operating systemnya sih.

      Nah kan…Jawaban saya malah lebih panjang. 😀

  3. Kalau menurut opini pribadi mas sendiri setelah nyoba nx 3000 dan nx 300, lebih bagus yg mana ya (di luar faktor harga) ?
    Thanks sebelumnya 🙂

  4. batere boros nggak? saya mesti dicas berulang-ulang terus kalau batere terpasang tapi tidak dihidupkan kameranya pasti di “on” gak hidup mas…

    • Beberapa NX300 memang kena masalah battery drain. Punya saya juga dulu gitu, makanya ganti Sony akhirnya.

      Coba claim ke service center aja.

  5. Ini kok mirrorless saya seri nx3000 mendadak mati ya, nggk bs di hidupin sama sekali. Butuh pencerahan min..

    • Mending cepet kontak Service Centernya di daerah Gandaria, Mas. Saya juga kurang paham kalau soal ini.

  6. Mas saya mau tanya. layar nx300 saya tiba tiba mati. Setelah buat foto foto waktu lebaran trs gak saya pakek sekitar 2 minggu. tpi begitu di hidupkan, layarnya blank hitam gtu mas. tapi sensor fokus jika layar diketuk tetap berjalan dengan baik. itu kenapa ya mas?. mohon bantuannya mas.

Leave A Reply

Navigate